KISAH LIBURANKU KE JOGJA
Halo, kali ini saya akan menceritakan tentang kisah liburan semester 1. Pada hari minggu, saya dan keluarga saya pegi ke jogja
menggunakan pesawat garuda airlines.
Sesaat setelah mendarat di Bandara Adisucipto,
Yogyakarta, kami langsung menuju Candi Prambanan di
Jalan Magelang. Lokasi wisata dengan seribu candi ini sangat indah dinikmati
menjelang matahari terbenam, dan seperti biasa kami tidak bisa melewatinya tanpa
photo-photo. Puas menjelejahi Prambanan, kami langsung menuju
Hotel yang terletak di jalan Sostrowijayan. Lokasi ini memang menjadi pusat
turis-turis menginap, baik turis domestik maupun turis lokal. Di
daerah ini, harga kamarnya bervariasi, dari 150 ribu/malam hingga ratusan
ribu rupiah. Sebelumnya kami sudah memesan 2 kamar di Hotel
Eclipse. Hotel ini tergolong baru saat itu, tidak terlalu besar, hanya
memiliki 26 kamar dengan kolam renang, namun cukup bersih dan asri,
dengan harga kamar 400 ribu rupiah/malam. Malamnya, suami
mengajak kami untuk santap malam di salah satu resto di jalan Kaliurang.
Foodfez, nama cafenya, cukup luas, harga murah tapi rasanya hmmm……dijamin gak
bakalan nyesel. Berbagai menu makanan ada di sini. Mulai dari nasi kebuli
sampai tongseng. Kenikmatan bersantap para tamu juga ditambah dengan adanya
live musik.
Hari kedua di Yogya, saatnya kami mengunjungi Candi
Borobudur. Meski masih pagi dan belum waktunya libur sekolah, namun Candi yang
pernah masuk dalam salah satu dari 7 keajaiban dunia ini sudah penuh dengan
kelompok anak sekolah yang berwisata menjelang kenaikan kelas. Puas mengunjungi
Candi yang sudah mengalami 2 kali renovasi besar-besaran, untuk mengisi
perut kami makan siang di “Jejamuran”. Di resto ini,
berbagai hidangannya terbuat dari aneka jenis jamur. Namun jangan
salah, rasa jamurnya sudah tidak lagi terasa di lidah. Aneka hidangan
mulai dari tongseng, sate hingga hidangan penutupnya pun berbahan dasar
jamur.
Usai bersantap siang, perjalanan wisata kami lanjutkan
kembali. Suami membawa kami ke museum dan pabrik gula di jalan Solo. Di museum
yang tidak terawat ini kami bisa melihat berbagai peralatan dan jenis-jenis
gula yang biasa ditanam masyarakat. Sayangnya ketika kami akan
melihat pabrik gula yang letaknya bersebelahan, pabrik telah tutup. Info
yang kami peroleh, pabrik buka untuk umum hingga pukul 14.00 wib, dan khusus
hari minggu serta tamu rombongan, kita juga bisa mencoba naik
lori pengangkut tebu. Meski agak kecewa karena tidak bisa melihat langsung
proses pembuatan gula di pabriknya, kekecewaan kami terobati dengan
mengunjungi Pantai Baron dan Pantai Krakal. Awalnya kami
akan mengunjungi pantai Parangtritis, namun sejumlah teman merekomendasikan ke pantai
Baron dan Krakal, karena pantai Parangtritis sudah terlalu ramai.
Perjalanan dari Jalan Solo selama 1,5 jam menuju Pantai
Baron. Menurut saya tidak terlalu istimewa, karena merupakan pantai nelayan dan
berbatasan langsung dengan laut selatan. Ombaknyapun cukup besar dan tidak ada
aktivitas laut yang bisa kami lakukan selama di pantai ini. Dari
pantai Baron, perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Krakal, tidak terlalu
jauh dari pantai Baron. Sesuai dengan namanya, pantai ini dihiasi dengan batu-batu
karang di bibir pantainya. Pantainya pun cukup bersih dan airnya jernih. Sayang
sekali pantai ini tidak terawat dan masih kurang fasilitas bagi
wisatawan. Setelah cukup lelah dari dua pantai tsb, searah
jalan kembali ke Hotel kami langsung santap malam. Menu makan malam kami
adalah bebek pak slamet. Meski asalnya di Solo dan di Jakartapun sudah ada
cabangnya, namun bebek goreng pak slamet ini tidak pernah bosan kami santap,
karena renyah dan sambelnya yang muantab.
Hari ke tiga, kami tidak perlu berangkat terlalu pagi,
karena hari ini kami hanya akan berwisata di dalam kota
Yogya. Perjalanan kami awali di Jalan Malioboro, pusat kota Yogya yang
sudah sangat terkenal itu. Jalan-jalan di sepanjang jalan Malioboro di
hari libur anak sekolah menjadi tidak nyaman karena dimana-mana penuh dengan
kerumunan wisatawan domestik. Setelah makan siang kali ini menu sego pecel di
sekitar kampus UGM yang cukup terkenal itu, wisata kami lanjutkan ke Keraton
Yogya. Setelah membeli tiket Rp 3000,-/orang, kita bisa memasuki
Keraton dan melihat berbagai peninggalan sejarah disini, dari mulai
busana-busana adat Keraton hingga photo Raja-Raja yang pernah berkuasa di
Yogya. Puas mengelilingi Keraton, salah seorang penjaganya menyarankan kami
untuk melihat proses pembuatan batik di salah satu perkampungan abdi dalem
keraton. Disini kita dipersilahkan untuk mencoba memegang canting dan
meneteskan lilin-lilin panas pada secarik kain, layaknya pembatik professional.
Udara kota Yogya yang cukup panas membuat kita memutuskan kembali ke Hotel
sebelum melanjutkan wisata ke tempat lain.
Malamnya, kami mencoba bersantap malam dengan aneka jenis
sambal di resto “Pondok Cabe” yang terletak di jalan Monumen Yogya
Kembali/Monjali. Bagi pencinta rasa pedas, resto ini surganya. Berbagai
jenis sambal, dari mulai sambal bawang hingga sambal terasi dengan tingkat
kepedasan dari satu sampai 3 tersedia disini. Puas dengan santap malam, perjalanan
dilanjutkan dengan mengunjungi alun-alun selatan, tempat pohon beringin kembar
berada. Menurut mitos, barang siapa yang bisa melewati celah diantara beringin
kembar dengan mata tertutup, maka permintaannya akan dikabulkan.
Masih banyak lokasi wisata di Yogya yang belum sempat kami
datangi, karena senin pagi kami harus kembali ke Jakarta dengan penerbangan
pagi. Smoga di kesempatan berikutnya, lokasi wisata lain yang menarik bisa kami
datangi.
Hari kedua di Yogya, saatnya kami mengunjungi Candi Borobudur. Meski masih pagi dan belum waktunya libur sekolah, namun Candi yang pernah masuk dalam salah satu dari 7 keajaiban dunia ini sudah penuh dengan kelompok anak sekolah yang berwisata menjelang kenaikan kelas. Puas mengunjungi Candi yang sudah mengalami 2 kali renovasi besar-besaran, untuk mengisi perut kami makan siang di “Jejamuran”. Di resto ini, berbagai hidangannya terbuat dari aneka jenis jamur. Namun jangan salah, rasa jamurnya sudah tidak lagi terasa di lidah. Aneka hidangan mulai dari tongseng, sate hingga hidangan penutupnya pun berbahan dasar jamur.